Bahasan Berita 7

 

TEROR TERHADAP RATNA DAN BINTANG

 

Setelah penusukan terhadap 2 mahasiswa pada waktu aksi Forkot di gedung DPR/MPR, kini giliran Ratna Sarumpeat dan Sri Bintang diteror oleh militer.

 

Ratna Sarumpeat, salah satu pengagas Dialog Nasional untuk Demokrasi, yang menghasilkan lembaga Dewan Nasional, embrio pemerintahan sementara, dua kali diteror oleh militer. Seorang tentara berpakaian lengkap mendatangi rumahanya tanpa alasan yang jelas. Saat ini Ratna Sarumpeat memang sedang dalam pengawan militer, tentu ini berhubungan dengan aktivitas dia sebagai oposisi. Kini, Ratna dijerat tuduhan mengadakan pertemuan tanpa ijin.

Teror lain menimpa Sri Bintang, Ketua Umum PUDI. Mobil Bintang dicongkel oleh orang tak dikenal, yang diduga kuat intel.

Kejadian-kejadian di atas menunjukkan bahwa Habibie masih menggunakan cara-cara yang dilakukan rejim Soeharto. Teror, represi, intimidasi, penculikan adalah cara-cara yang digunakan rejim Soeharto untuk menekan oposisi. Bagi rejim diktator dan korup, hanya ada dua pilihan untuk meredam perlawan rakyat, yaitu konsensi atau represi. Kita harus selalu waspada, karena kebebasan yang ada masih semu. Militer masih berkeliaran di mana-mana untuk melakukan aksi teror . UU politik yang selama ini digunakan untuk membelenggu kebebasan belum tercabut. Untuk itu aksi massa tidak boleh berhenti, karena cara inilah yang telah terbukti ampuh untuk melawan kediktoran. Soeharto runtuh karena aksi-aksi massa.

"Pemerintahan" Habibie didukung penuh militer. Habibie hanyalah boneka yang disetir para jenderal. Untuk saat ini, militer tidak punya kesempatan memimpin karena namannya sedang jatuh. Oleh karena itu, mereka berkuasa dengan cara menyetir tokoh sipil. Baik presiden militer mapun presiden sipil boneka militer, seperti Habibie, tidak pernah bersih dari berbagai macam bentuk kekerasan dan teror politik. Habibie pun terpaksa harus memerintah secara militeris, karena tidak punya basis politik yang kuat. Habibie tidak becus memenuhi kebutuhan ekonomi rakyat, tidak punya dukungan massa, dan sama sekali tidak karismatik (bahkan terkesan jenaka). Lalu apa yang dia andalkan untuk mengatur negara? Tidak ada cara lain: berlindung di ketiak para jenderal itu. Berarti pula: cara-cara militeris yang dia pakai **

 

 

 

[kembali ke halaman menu] [kembali ke indeks edisi]